Jumat, 20 Oktober 2017

Derivat Etilendiamin, Propilamin, Kolamin

Turunan Etilendiamin

Stuktur Umum : Ar(Ar’)N-CH2-CH2-N(CH3)2
  1. Tripelenamin HCl (azaron,Tripel)
mempunyai efek antihistamin sebanding difenhidramin dengan efek samping lebih rendah.Tripelenamin juga digunakan untuk pemakaian setempat karena mempunyai efek anastesi setempat.Efektif untuk pengobatn gejala alergi kulit,seperti pruritis dan urtikaria kronik.
  1. Antazolin HCl (Antistine)
mempunyai aktivitas antihistamin lebih rendah dibanding turunan etilendiamin lain. Antazoin mempunyai efek antikolinergik dan lebih banyak digunakan untuk pemakain setempat dua kali lebih besar dibanding prokain HCl.Dosis  untuk obat mata : larutan 0,5%
  1. Mebhidrolinnafadisilat (Incidal,Histapan)
Stukturnya mengandung rantai samping amenopropi dalam system heterosiklik karbonil dan bersifat kaku. Senyawa tidak menimbulkan efek analgesic dan anestesi setempat. Mehibdrolin digunakan untuk pengobatan gejala pada alergi dermal,seperti dermatitis dan ekzem,konjugtivitas,dan asma bronkial. Penyerapan obat dalam saluran cerna relatif lambat,kadar plasma tetinggi dicapai setelah ± 2 jam dan menurun secara bertahap sampai 8 jam.

Turunan Propilamin

Obat-obat dari kelompok ini memiliki daya antihistamin kuat.
1.      Feniramin : Avil (Hoechst)
Zat ini berdaya antihistamink baik dengan efek meredakan batuk yang cukup baik, maka digunakan pula dalam obat-obat batuk.
Dosis: oral 3 x sehari 12,5-25mg (maleat) pada mala hari atau 1 x 50mg tablet retard; i.v. 1-2 x sehari 50mg; krem 1,25%.
2.      Klorfenamin (Klorfeniramin. Dl-, Methyrit, SKF)
Adalah derivate klor dengan daya 10 kali lebih kuat, sedangkan derajat toksisitasnya praktis tidak berubah. Efek-efek sampingnya antara lain sifat sedatifnya ringan. Juga digunakan dalam obat batuk. Bentuk-dextronya adalah isomer aktif, maka dua kali lebih kuat daripada bentuk dl (rasemis)nya: dexklorfeniramin (Polaramin, Schering).
Dosis: 3-4 x sehari 3-4mg (dl, maleat) atau 3-4 x sehari 2mg (bentuk-d).
3.      Bromfeniramin (komb.Ilvico, Merck)
Adalah derivate brom yang sama kuatnya dengan klorfenamin, padamana isomer-dextro juga aktif dan isomer-levo tidak. Juga digunakan sebagai obat batuk.
Dosis: 3-4 x sehari 3mg (maleat).
4.      Tripolidin : Pro-Actidil
Derivat dengan rantai sisi pirolidin ini berdaya agak kuat, mulai kerjanya pesat dan bertahan lama, sampai 24 jam (sebagai tablet retard).
Dosis: oral 1 x sehari 10mg (klorida) pada malam hari berhubung efek sedatifnya

TURUNAN KOLAMIN

Calamine adalah obat dengan fungsi untuk mengobati rasa gatal, sakit, dan tidak nyaman pada kulit akibat iritasi ringan yang disebabkan oleh tanaman beracun seperti poison ivy, poison oak, dan poison sumac. Obat ini tergolong sebagai obat kelas antihistamin topical dan antipruritik. Calamine bekerja dengan cara mengeringkan luka lecet yang basah dan lembap akibat kontak langsung dengan poison ivy.
Peringatan dan Perhatian:
Hanya untuk obat luar.
Cara Pemakaian:
Dioleskan tipis-tipis pada kulit.
Sediaan:
Serbuk obat luar, krim, cairan obat luar.

PERTANYAAN :
1.      Bagaimana efek samping bagi anak-anak dari penggunaan kalamin ?
2.      Apakah  obat-obat diatas aman untuk ibu hamil dan menyusui ?

3.      Bagaimana interaksi dari obat-obat di atas ?

TURUNAN FENOTIAZIN

Turunan fenotiazin

Obat golongan ini memiliki efek antihistamin dan antikolinergik yang tidak begitu kuat,tetapi memiliki daya neuroleptik kuat sehingga digunakan pada keadaan psikosis. Selain itu juga memiliki efek meredakan batuk, maka sering dipakai untuk kombinasi obat batuk.Atihistamin golongan ini antara lain prometazin, klorpomazin, oksomemazin, dan metdilazin. Namun pada kesempatan kali ini saya akan memaparkan sedikit mengenai prometazin dan klorpomazin. Semoga bermanfaat.
Turunan fenotiazin mempunyai struktur kimia karakteristik yaitu system trisiklik tidak planar yang bersifat lipofil dan rantai samping alkilamino yang terikat pada atom N tersier pusat cincin yang bersifat hidrofil. Rantai samping tersebut bervariasi dan kebanyakan merupakan salah satu struktur sebagai berikut : propildialkilamino, alkilpiperidil atau alkilpiperazin. Turunan fenotiazin digunakan untuk pengobatan gangguan mental dan emosi yang moderat sampai berat, seperti skizofrenia, paranoia, psikoneurosis (ketegangan dan kecemasan) serta psikosis akut dan kroniJt. Banyak turunan fenotiazin mempunyai aktivitas antiemetik, simpatolitik atau antikolinergik. Turunan fenotiazin juga mengadakan potensiasi dengan obat-obat sedatif-hipnotika, analgetika narkotik atau anestetika sistemik.


Klorpomazin
Salah satu derivat dari fenotiazin adalah Klorpromazin (CPZ) adalah 2-klor-N-(dimetil-aminopropil)-fenotiazin. Derivat fenotiazin lain dapat dengan cara substitusi pada tempat 2 dan 10 inti fenotiazin. CPZ  menimbulkan efek sedasi disertai sikap acuh tak acuh terhadap rangasangan lingkungan. Pada pemakaina lama dapat timbul toleransi terhadap efek sedasi. Klorpromazin berefek antispikosis terlepas dari efek sedasinya.

Mekanisme kerja:
Obat anti psikosis memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neurondi otak, prosesnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamine D2 reseptor antagonis). Obat anti psikosis yang baru (misalnya risperidone) di samping berafinitas terhadap dopamine D2 reseptor juga terhadap serotonin.
Farmakokinetik:
Kebanyakan antipsikosis absorbsi sempurna, sebagian diantaranya mengalamimetabolisme lintas pertama. Biovailabilitas klorpromazin dan tioridazin berkisar antara 25-35%sedangkan haloperidol mencapai 65%. Kebanyakan antipsikosis bersifat larut dalam lemak danterikat kuat dengan protein plasma(92-99%) serta mamiliki volume distribusi besar ( >7 L/kg).Metabolit klorpromazin ditemukan di urin sampai beberapa minggu setelah pemberian obat terakhir.

Prometazin
Promethazine adalah generasi pertama reseptor H 1 antagonis dari fenotiazin kelas bahan kimia yang digunakan secara medis sebagai antihistamin antiemetik . Ia mempunyai efek obat penenang pengaruh dan di beberapa negara yang diresepkan untuk insomnia saat benzodiazepin merupakan kontraindikasi.
Secara kimia, prometazin hidroklorida muncul sebagai bubuk putih pingsan kristal kuning yang praktis tidak berbau. Oksidasi lambat dapat terjadi pada kontak yang terlalu lama untuk udara biasanya menyebabkan perubahan warna biru. Prometazin sebagai garam hidroklorida secara bebas larut dalam air dan agak larut dalam alkohol. Prometazin adalah senyawa kiral, terjadi sebagai campuran enantiomer.
Prometazin, 10 - (2-dimethylaminopropyl) fenotiazin, disintesis oleh alkylating fenotiazin dengan 1-dimethylamino-2-propylchloride:

Mekanisme kerja
Prometazin hydrochloride  sebagai AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos. AH1 juga bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas dan keadaan lain yang disertai pelepasan histamin endogen berlebih. Histamin endogen bersumber dari daging dan bakteri dalam lumen usus atau kolon yang membentuk histamin dari histidin.
Dosis terapi AH1 umumnya menyebabkan penghambatan sistem saraf pusat dengan gejala seperti kantuk, berkurangnya kewaspadaan dan waktu reaksi yang lambat, mekanismenya mengantagonir histamine dengan jalan memblok reseptor-H1 di otot licin dari dinding pembuluh, bronchi dan saluran cerna, kandung kemin dan rahim. Efek samping ini menguntungkan bagi pasien yang memerlukan istirahat namun dirasa menggangu bagi mereka yang dituntut melakukan pekerjaan dengan kewaspadaan tinggi. 
Farmakokinetik
Prometazin dimetabolisme terutama untuk promethazine sulphoxide dan ke promethazine desmethyl tingkat yang lebih rendah. Obat ini diserap dengan baik dari saluran pencernaan.  Konsentrasi plasma puncak sulphoxide metabolit terjadi setelah pemberian intravena. Konsentrasi puncak plasma ini terjadi setelah 2 sampai 3 jam bila prometazin diberikan secara oral (25 sampai 50 mg) atau intramuskuler (25 mg). Metabolisme juga terjadi pada dinding usus tetapi lebih rendah derajat dari sebelumnya. Setelah pemberian rektal prometazin dalam formulasi supositoria, terjadi konsentrasi plasma puncak yang diamati setelah sekitar 8 jam. Bioavailabilitas oralnya adalah sekitar 25%. Sedangkan Bioavailabilitas  rektalnya 23%.

Hubungan struktur dan aktivitas

a. Gugus pada R2 dapat menentukan kerapatan elektron sistem cincin. Senyawa mempunyai aktivitas yang besar bila gugus pada Rr bersifat penarik elektron dan tidak terionisasi. Makin besar kekuatan penarik elektron makin tinggi aktivitasnya. Substitusi pada R2 dengan gugus Cl atau CF3 akan meningkatkan aktivitas. Substituen CF3 lebih aktil dibanding Cl karena mempunyai kekuatan penarik elektron lebih besar tetapi elek samping gejala ekstrapiramidal ternyatajuga lebih besar. Substitusi pada R2 dengan gugus tioalkil (SCH3), senyawa tetap mempunyai aktivitas tranquilizer dan dapat menurunkan efek samping ekstrapiramidal. Substitusi dengan gugus asil (COR), senyawa tetap menunjukkan aktivitas tranquilizer.
b. Substitusi pada posisi 1,3 dan 4 pada kedua cincin aromatik akan menghilangkan aktivitas tranquilizer.
c. Bila jumlah atom C yang mengikat nitrogen adalah 3, senyawa menunjukkan aktivitas tranquilizer optimal. Bila jumlah atom C = 2, senyawa menunjukkan aktivitas penekan sistem saraf pusat yang moderat tetapi efek antihistamin dan anti-Parkinson lebih dominan.
d. Adanya percabangan pada posisi β-rantai alkil dapat mengubah aktivitas farmakologisnya. Substitusi β -metil dapat meningkatkan aktivitas antihistamin dan antipruritiknya. Adanya substitusi tersebut menyebabkan senyawa bersifat optis aktif dan stereoselektif. Isomer levo lebih aktif dibanding isomer dekstro.
e. Substitusi pada rantai alkil dengan gugus yang besar, seperti fenil atau dimetilamin, dan gugus yang bersifat polar, seperti gugus hidroksi, akan menghilangkan aktivitas tranquilizer.
f. Penggantian gugus metil pada dimetilamino dengan gugus alkil yang lebih besar dari metil akan menurunkan aktivitas karena meningkatnya pengaruh halangan ruang.
g. Penggantian gugus dimetilamino dengan gugus piperazin akan meningkatkan aktivitas tranquilizer, tetapi juga meningkatkan gejala ekstrapiramidal.
h. Penggantian gugus metil yang terletak pada ujung gugus piperazin dengan gugus -CH2CH2OH hanya sedikit meningkatkan aktivitas.
i. Kuarternerisasi rantai samping nitrogen akan menurunkan kelarutan dalam lemak, menurunkan penetrasi obat pada sistem saraf pusat sehingga menghilangkan aktivitas tranquilizer.
j. Masa kerja turunan fenotiazin dapat diperpanjang dengan membuat bentuk esternya dengan asam lemak yang berantai panjang seperti asam enantat dan dekanoat.



PERTANYAAN :
1. Apakah klorpomazin dapat di konsumsi oleh anak-anak ?
2. Bagaimana dosis yang diberikan untuk anak-anak ?
3. Bagaimana mekanisme kerja klorpomazin yang sering digunakan sebagai obat cegukan keras dan antiskizofrenia ?
4. adakah interaksi fenotiazin dengan obat-obatan yang lain? jelaskan mekanisme dan akibat yang ditimbulkan dari interaksi tersebut

OXAMNIQUINE

OXAMNIQUINE
Hasil gambar untuk oxamniquine

Oxamniquine adalah obat anthelmintik dengan aktivitas schistosomicidal melawan Schistosoma mansoni, namun tidak melawan Schistosoma spp lainnya. Oxamniquine adalah agen dosis tunggal ampuh untuk pengobatan infeksi S. mansoni, dan dapat menyebabkan cacing bergeser dari pembuluh darah mesenterika ke hati, di mana cacing jantan dipertahankan; cacing betina kembali ke mesenterium, tapi tidak bisa lagi melepaskan telur.
Oxamniquine adalah tetrahydroquinoline semisynthetic dan mekanisme kerjanya dilakukan dengan cara mengikat DNA, mengakibatkan kontraksi dan kelumpuhan cacing dan pelepasan terakhir dari venula terminal di mesentry, dan kematian.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
Mekanisme biokimianya dihipotesiskan terkait dengan efek antikolinergik, yang meningkatkan motilitas parasit, serta penghambatan sintesis asam nukleat. Oxamniquine bekerja terutama pada cacing jantan, tapi juga menginduksi perubahan kecil pada sebagian kecil betina. Seperti praziquantel, ia meningkatkan kerusakan yang lebih parah pada tegument dorsal daripada permukaan ventral. Obat tersebut menyebabkan cacing jantan beralih dari sirkulasi mesenterika ke hati, dimana respon pembawa seluler menyebabkan eliminasi akhirnya. Perubahan yang terjadi pada betina bersifat reversibel dan terutama disebabkan oleh stimulasi laki-laki yang dihentikan daripada efek langsung dari oxamniquine.


PERTANYAAN :
1.      Bagaimana metabolisme dari oxamniquine ?
2.      Berapa konsentrasi plasma puncak dari oxamniquine ?
3.      Bagaimana efek samping dan kontra indikasi dari oxamniquine ?
4.      Berapakah dosis yang di anjurkan untuk orang dewasa ?
5.      Adakah kontraindikasi pada pemakaian oxamniquine ?


Rabu, 11 Oktober 2017

Kimia Medisinal : Analgetika



KIMIA MEDISINAL : ANALGETIKA

Dalam menjalankan aktivitas sehai-hari, sering kali kita merasa terganggu dengan perasaan yang tidak menyenangkan seperti rasa sakit, nyeri maupun keadaan tubuh yang lain yang menimbulkan sensasi yang tidak biasa. Perasaan tidak menyenangkan ini dapat ditimbulkan oleh beberapa penyebab, contohnya kesalahan posisi duduk, tertimpa suatu benda berat, tersayat benda tajam,atau penyebab penyebab yang lain. Pastinya banyak sekali faktor penyebab rasa nyeri yang timbul akibat kejadian yang biasa kita alami sehari-hari. Disini saya akan sedikit menjelaskan mengenai suatu zat atau senyawa penghilang rasa sakit atau nyeri yang biasa disebut dengan Analgetika. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai apa itu analgetika, terlebih dahulu kita harus mengetahui rasa nyeri itu sendiri.
            Nyeri merupakan suatu keadaan dimana seseorang merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, yang mengindikasikan bahwa telah terjadi suatu kesalahan abnormal dalam sistem sistem didalam tubuh.  Kebanyakan atau bisa jadi bahkan semua sensasi nyeri dapat disebabkan oleh pembebasan senyawa-senyawa tertentu oleh stimulus nyeri. Kemudian senyawa kimia yang dibebaskan tersebu akan mengeksitas ujung-ujung saraf nyeri yang selanjutnya menyebabkan zat lain menimbulkan nyeri misalnya vasodilatasi pembuluh darah, sehingga dapat menyebabkan rasa nyeri dalam suatu individu. Rasa nyeri bergantung pula pada saraf yang menghantarkan impuls nyeri ke korteks sensori di otak, maka sensai nyeri di sadari sebagai nyeri yang tajam, menusuk, atau nyeri yang lebih bersifat ngilu. nyeri dapat berupa nyeri yang ringan maupun nyeri yang hebat.  Penyadaran sensasi nyeri sendiri mempunyai komponen psikologis, karena meskipun nilai ambang intensitas stimulus untuk nyeri relatif konstan pada orang yang normal, tetapi sensasi nyeri sendiri sebagai respon terhadap stimulus nyeri dapat sangat bervariasi dari setiap idividu. Jadi, respon setiap individu terhadap rasa nyeri dapat berbeda-beda.
Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu senyawa atau zat yang dapat meringankan rasa nyeri tersebut. Senyawa atau zat ini lah yang di sebut dengan analgetika. Analgetika meringankan rasa nyei tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetika dapat di klasifikasikan dalam 2 kelompok besar yakni :
1.      Analgetika perifer
·         Zat-zat  yang meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis dan atau antiradang. Contohnya adalah paracetamol, asetosal, asam mefenamat.
·         Mekanisme Kerja Obat Analgesik Non-Nakotik : Hipotalamus merupakan bagian dari otak yang berperan dalam mengatur nyeri dan temperature. AINS secara selektif dapat mempengaruhi hipotalamus menyebabkan penurunan suhu tubuh ketika demam. Mekanismenya kemungkinan menghambat sintesis prostaglandin (PG) yang menstimulasi SSP. PG dapat meningkatkan aliran darah ke perifer (vasodilatasi) dan berkeringat sehingga panas banyak keluar dari tubuh. Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik di hipotalamus atau di tempat cedera. Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi, udem, serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG dan histamin. PG dan brandikinin menstimulasi ujung saraf perifer dengan membawa impuls nyeri ke SSP. AINS dapat menghambat sintesis PG dan brandikinin sehingga menghambat terjadinya perangsangan reseptor nyeri. Obat-obat yang banyak digunakan sebagai analgetik dan antipiretik adalah golongan salisilat dan asetominafin (parasetamol).


2.      Analgetika sentral
·         Zat-zat ini bekerja terhadap reseptor opioid khas di SSP, hingga persepsi nyeri dan respons emosional terhadap nyeri berubah (dikurangi). Biasanya digunakan untuk menangani nyeri yang hebat.Contohnya adalah morfin, heroin, tramadol.
·         Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgetiknya dan efek sampingnya. Efek depresi SSP beberapa opioid dapat diperhebat dan diperpanjang oleh fenotiazin, penghambat monoamine oksidase dan antidepresi trisiklik. Mekanisme supreaditif ini tidak diketahui dengan tepat mungkin menyangkut perubahan dalam kecepatan biotransformasi opioid yang berperan dalam kerja opioid. Beberapa fenotiazin mengurangi jumlah opioid yang diperlukan untuk menimbulkan tingkat analgesia tertentu. Tetapi efek sedasi dan depresi napas akibat morfin akan diperberat oleh fenotiazin tertentu dan selain itu ada efek hipotensi fenotiazin.

Nyeri ringan dapat ditangani dengan obat perifer, seperti parasetamol, asetosal, mefenaminat, propifenazon atau aminofenazon, begitu pula rasa nyeri dengan demam. Untuk nyeri sedang dapat ditambahkan dengan kofein atau kodein. Nyeri yang disertai dengan pembengkakan atau akibat trauma (jatuh, tendangan, tubrukan) sebaiknya diobati dengan suatu analgetikum antiradang, seperti aminofenazon dan NSAIDs  (ibuprofen, mefenaminat, dll). Nyeri yang hebat dapat ditangani dengan morfin atau opiat lainnya (tramadol). Nyeri kepala migrain dapat ditangani dengan obat-obat khusus.
Dari beberapa analgetika yang disebutkan diatas, saya akan membahas mengenai parasetamol. Parasetamol merupakan senyawa kimia organik yang banyak digunakan dalam obat sakit kepala karena bersifat analgesik (menghilangkan sakit). Senyawa organik lain yang bersifat analgesik adalah aspirin dan antalgin.
Menurut Katzung (2002), Parasetamol ialah salah satu obat golongan anti-piretik dan analgetik, yang berarti berfungsi untuk pengobatan demam dan mengatasi nyeri. Parasetamol bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin, suatu zat peradangan dan pemicu demam, dan terutama bekerja di otak.
Prostaglandin dapat memengaruhi setelan suhu tubuh di salah satu bagian otak bernama hipotalamus. Pada kondisi demam, sebagai akibat dari prostaglandin, setelan suhu tubuh meningkat menjadi 38-39 derajat Celsius dari yang normalnya 36-37 derajat Celsius. Pemakaian parasetamol yang menghambat produksi prostaglandin di otak akan menormalkan kembali setelan suhu tubuh tersebut. Prostaglandin juga berperan dalam persepsi nyeri sehingga pemakaian parasetamol dapat membantu meredakan nyeri.
Setiap obat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami metabolisme dan ekskresi. Metabolisme artinya diproses, sedangkan ekskresi artinya di buang. Parasetamol dimetabolisme di hati dan kemudian dieksresi di ginjal.
 
Adapun menurut MIMS (2009), informasi mengenai Parasetamol adalah sebagai berikut :
·         Indikasi/Kegunaan
Nyeri ringan hingga sedang ssdh op; demam, dimana rute pemberian IV secara klinis dibenarkan krn adanya kebutuhan mendesak utk mengatasi rasa nyeri atau hipertermia &/atau jika rute pemberian lainnya tdk mungkin atau tdk efektif utk dilakukan.
·         Dosis/Cara Penggunaan
Dws & remaja dg BB >50 kg 1 g secara infus IV selama 15 mnt, diberikan hingga 4 x/hr. Dosis maks: 4 g. Dws & remaja dg BB <50 kg, anak >33 kg 15 mg/kg BB secara infus IV selama 15 mnt, diberikan hingga 4 x/hr. Dosis maks: 60 mg/kg BB. Minimal selang waktu (interval) antar pemberian dosis: 4 jam.
·         Kontra Indikasi
Hipersensitivitas. Insufisiensi hati berat, gagal hati atau peny hati aktif.
·         Perhatian Khusus
Insufisiensi hepatoseluler, insufisiensi ginjal berat (bersihan kreatinin <30 mL/mnt); alkoholisme kronik, malnutrisi (rendahnya cadangan glutation hepatik), dehidrasi. Penggunaan bersama dg obat lain yg mgd parasetamol. Hamil & laktasi.
·         Reaksi Simpang
Mual, reaksi hipersensitivitas,, ruam kulit atau urtikaria, kurang enak badan, hipotensi, trombositopenia, leukopenia, neutropenia, peningkatan kadar transaminase  hepatik.
·         Interaksi
Probenesid, salisilamid, preparat yg menginduksi enzim, antikoagulan oral.




PERTANYAAN :
1.     Apakah parasetamol aman digunakan untuk jangka panjang mengingat obat ini bekerja tidak selektif pada enzim cox2?
2.     Apa jenis obat analgetik yang digunakan jika seorang pasien mengalami nyeri di kepala (migrain) dan nyeri akibat trauma ?
3.     Apakah penggunaan analgetik non narkotik jangka panjang aman bagi ginjal? Jika tidak, bagaimana efeknya?
4.     Bagaimana ya memilih analgesik untuk pasien yg punya riwayat hepatitis?
5.    Mengapa analgetik dapat menyebabkan ketergantungan pada individu ? bagaimana cara mengatasinya ?
6.    Bagaimana mekanisme  kerja obat gosok sebagai analgetik ?
7.    Obat analgetik apa yang aman digunakan untuk wanita yang menstruasi? Apakah jika diminum setiap siklus Menstruasi akan merusak organ2 didalam tubuh?
8.     mengapa Pemakaian parasetamol dapat menghambat produksi prostaglandin ?

9.     Apa saja obat-obat yg tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan obat analgetik?



DAFTAR PUSTAKA

DEPKES RI. 2009. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 9. Jakarta: Penerbit Asli (MIMS Pharmacy Guide).
Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi III. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.