Rabu, 11 Oktober 2017

Kimia Medisinal : Analgetika



KIMIA MEDISINAL : ANALGETIKA

Dalam menjalankan aktivitas sehai-hari, sering kali kita merasa terganggu dengan perasaan yang tidak menyenangkan seperti rasa sakit, nyeri maupun keadaan tubuh yang lain yang menimbulkan sensasi yang tidak biasa. Perasaan tidak menyenangkan ini dapat ditimbulkan oleh beberapa penyebab, contohnya kesalahan posisi duduk, tertimpa suatu benda berat, tersayat benda tajam,atau penyebab penyebab yang lain. Pastinya banyak sekali faktor penyebab rasa nyeri yang timbul akibat kejadian yang biasa kita alami sehari-hari. Disini saya akan sedikit menjelaskan mengenai suatu zat atau senyawa penghilang rasa sakit atau nyeri yang biasa disebut dengan Analgetika. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai apa itu analgetika, terlebih dahulu kita harus mengetahui rasa nyeri itu sendiri.
            Nyeri merupakan suatu keadaan dimana seseorang merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, yang mengindikasikan bahwa telah terjadi suatu kesalahan abnormal dalam sistem sistem didalam tubuh.  Kebanyakan atau bisa jadi bahkan semua sensasi nyeri dapat disebabkan oleh pembebasan senyawa-senyawa tertentu oleh stimulus nyeri. Kemudian senyawa kimia yang dibebaskan tersebu akan mengeksitas ujung-ujung saraf nyeri yang selanjutnya menyebabkan zat lain menimbulkan nyeri misalnya vasodilatasi pembuluh darah, sehingga dapat menyebabkan rasa nyeri dalam suatu individu. Rasa nyeri bergantung pula pada saraf yang menghantarkan impuls nyeri ke korteks sensori di otak, maka sensai nyeri di sadari sebagai nyeri yang tajam, menusuk, atau nyeri yang lebih bersifat ngilu. nyeri dapat berupa nyeri yang ringan maupun nyeri yang hebat.  Penyadaran sensasi nyeri sendiri mempunyai komponen psikologis, karena meskipun nilai ambang intensitas stimulus untuk nyeri relatif konstan pada orang yang normal, tetapi sensasi nyeri sendiri sebagai respon terhadap stimulus nyeri dapat sangat bervariasi dari setiap idividu. Jadi, respon setiap individu terhadap rasa nyeri dapat berbeda-beda.
Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu senyawa atau zat yang dapat meringankan rasa nyeri tersebut. Senyawa atau zat ini lah yang di sebut dengan analgetika. Analgetika meringankan rasa nyei tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetika dapat di klasifikasikan dalam 2 kelompok besar yakni :
1.      Analgetika perifer
·         Zat-zat  yang meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis dan atau antiradang. Contohnya adalah paracetamol, asetosal, asam mefenamat.
·         Mekanisme Kerja Obat Analgesik Non-Nakotik : Hipotalamus merupakan bagian dari otak yang berperan dalam mengatur nyeri dan temperature. AINS secara selektif dapat mempengaruhi hipotalamus menyebabkan penurunan suhu tubuh ketika demam. Mekanismenya kemungkinan menghambat sintesis prostaglandin (PG) yang menstimulasi SSP. PG dapat meningkatkan aliran darah ke perifer (vasodilatasi) dan berkeringat sehingga panas banyak keluar dari tubuh. Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik di hipotalamus atau di tempat cedera. Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi, udem, serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG dan histamin. PG dan brandikinin menstimulasi ujung saraf perifer dengan membawa impuls nyeri ke SSP. AINS dapat menghambat sintesis PG dan brandikinin sehingga menghambat terjadinya perangsangan reseptor nyeri. Obat-obat yang banyak digunakan sebagai analgetik dan antipiretik adalah golongan salisilat dan asetominafin (parasetamol).


2.      Analgetika sentral
·         Zat-zat ini bekerja terhadap reseptor opioid khas di SSP, hingga persepsi nyeri dan respons emosional terhadap nyeri berubah (dikurangi). Biasanya digunakan untuk menangani nyeri yang hebat.Contohnya adalah morfin, heroin, tramadol.
·         Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgetiknya dan efek sampingnya. Efek depresi SSP beberapa opioid dapat diperhebat dan diperpanjang oleh fenotiazin, penghambat monoamine oksidase dan antidepresi trisiklik. Mekanisme supreaditif ini tidak diketahui dengan tepat mungkin menyangkut perubahan dalam kecepatan biotransformasi opioid yang berperan dalam kerja opioid. Beberapa fenotiazin mengurangi jumlah opioid yang diperlukan untuk menimbulkan tingkat analgesia tertentu. Tetapi efek sedasi dan depresi napas akibat morfin akan diperberat oleh fenotiazin tertentu dan selain itu ada efek hipotensi fenotiazin.

Nyeri ringan dapat ditangani dengan obat perifer, seperti parasetamol, asetosal, mefenaminat, propifenazon atau aminofenazon, begitu pula rasa nyeri dengan demam. Untuk nyeri sedang dapat ditambahkan dengan kofein atau kodein. Nyeri yang disertai dengan pembengkakan atau akibat trauma (jatuh, tendangan, tubrukan) sebaiknya diobati dengan suatu analgetikum antiradang, seperti aminofenazon dan NSAIDs  (ibuprofen, mefenaminat, dll). Nyeri yang hebat dapat ditangani dengan morfin atau opiat lainnya (tramadol). Nyeri kepala migrain dapat ditangani dengan obat-obat khusus.
Dari beberapa analgetika yang disebutkan diatas, saya akan membahas mengenai parasetamol. Parasetamol merupakan senyawa kimia organik yang banyak digunakan dalam obat sakit kepala karena bersifat analgesik (menghilangkan sakit). Senyawa organik lain yang bersifat analgesik adalah aspirin dan antalgin.
Menurut Katzung (2002), Parasetamol ialah salah satu obat golongan anti-piretik dan analgetik, yang berarti berfungsi untuk pengobatan demam dan mengatasi nyeri. Parasetamol bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin, suatu zat peradangan dan pemicu demam, dan terutama bekerja di otak.
Prostaglandin dapat memengaruhi setelan suhu tubuh di salah satu bagian otak bernama hipotalamus. Pada kondisi demam, sebagai akibat dari prostaglandin, setelan suhu tubuh meningkat menjadi 38-39 derajat Celsius dari yang normalnya 36-37 derajat Celsius. Pemakaian parasetamol yang menghambat produksi prostaglandin di otak akan menormalkan kembali setelan suhu tubuh tersebut. Prostaglandin juga berperan dalam persepsi nyeri sehingga pemakaian parasetamol dapat membantu meredakan nyeri.
Setiap obat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami metabolisme dan ekskresi. Metabolisme artinya diproses, sedangkan ekskresi artinya di buang. Parasetamol dimetabolisme di hati dan kemudian dieksresi di ginjal.
 
Adapun menurut MIMS (2009), informasi mengenai Parasetamol adalah sebagai berikut :
·         Indikasi/Kegunaan
Nyeri ringan hingga sedang ssdh op; demam, dimana rute pemberian IV secara klinis dibenarkan krn adanya kebutuhan mendesak utk mengatasi rasa nyeri atau hipertermia &/atau jika rute pemberian lainnya tdk mungkin atau tdk efektif utk dilakukan.
·         Dosis/Cara Penggunaan
Dws & remaja dg BB >50 kg 1 g secara infus IV selama 15 mnt, diberikan hingga 4 x/hr. Dosis maks: 4 g. Dws & remaja dg BB <50 kg, anak >33 kg 15 mg/kg BB secara infus IV selama 15 mnt, diberikan hingga 4 x/hr. Dosis maks: 60 mg/kg BB. Minimal selang waktu (interval) antar pemberian dosis: 4 jam.
·         Kontra Indikasi
Hipersensitivitas. Insufisiensi hati berat, gagal hati atau peny hati aktif.
·         Perhatian Khusus
Insufisiensi hepatoseluler, insufisiensi ginjal berat (bersihan kreatinin <30 mL/mnt); alkoholisme kronik, malnutrisi (rendahnya cadangan glutation hepatik), dehidrasi. Penggunaan bersama dg obat lain yg mgd parasetamol. Hamil & laktasi.
·         Reaksi Simpang
Mual, reaksi hipersensitivitas,, ruam kulit atau urtikaria, kurang enak badan, hipotensi, trombositopenia, leukopenia, neutropenia, peningkatan kadar transaminase  hepatik.
·         Interaksi
Probenesid, salisilamid, preparat yg menginduksi enzim, antikoagulan oral.




PERTANYAAN :
1.     Apakah parasetamol aman digunakan untuk jangka panjang mengingat obat ini bekerja tidak selektif pada enzim cox2?
2.     Apa jenis obat analgetik yang digunakan jika seorang pasien mengalami nyeri di kepala (migrain) dan nyeri akibat trauma ?
3.     Apakah penggunaan analgetik non narkotik jangka panjang aman bagi ginjal? Jika tidak, bagaimana efeknya?
4.     Bagaimana ya memilih analgesik untuk pasien yg punya riwayat hepatitis?
5.    Mengapa analgetik dapat menyebabkan ketergantungan pada individu ? bagaimana cara mengatasinya ?
6.    Bagaimana mekanisme  kerja obat gosok sebagai analgetik ?
7.    Obat analgetik apa yang aman digunakan untuk wanita yang menstruasi? Apakah jika diminum setiap siklus Menstruasi akan merusak organ2 didalam tubuh?
8.     mengapa Pemakaian parasetamol dapat menghambat produksi prostaglandin ?

9.     Apa saja obat-obat yg tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan obat analgetik?



DAFTAR PUSTAKA

DEPKES RI. 2009. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 9. Jakarta: Penerbit Asli (MIMS Pharmacy Guide).
Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi III. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

34 komentar:

  1. mengapa respon terhadap nyeri pada setiap individu dapat berbeda-beda?

    BalasHapus
    Balasan
    1. hallo izza, terimakasih atas pertanyannya. memang benar, ambang rasa sakit seseorang berbeda-beda, hal ini tergantung pada individu masing2 karena rasa sakit berkaitan dengan psikologis individu tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ambang batas rasa sakit diantaranya psikologis, usia, jenis kelamin dan hormonal. Jadi sensasi sakit tiap orang berbeda.
      semoga membantu izza

      Hapus
  2. Parasetamol sering digunakan oleh masyarakat tanpa resep dokter. Apakah efek samping yang paling sering terjadi dari penggunaan parasetamol dan bagaimana penggunaan parasetamol yang benar?

    BalasHapus
    Balasan
    1. hallo nadya, terimakasih pertanyaannya. baiklah, disini paracetamol memang sering di gunakan oleh masyarakat dengan bebas, hal ini dikarenakan paracetamol memang tergolong obat bebas. dikarenakan obat penghilang rasa nyeri memang dibutuhkan dengan cepat dan akan sulit apabila obat penghilang nyeri ringan harus di resepkan terlebih dahulu. namun efek dari penggunaan paracetamol yang terlalu sering dapat berakibat buruk bagi kesehatan hati, dimana efek jangka panjang paracetamol adalah hepatotoxic.
      semoga membantu nadya

      Hapus
  3. Jelaskan bagaimana mekanisme kerja dari masing2 obat analgetika sentral?

    BalasHapus
    Balasan
    1. hallo rizki, terimakasih atas pertanyannya. rizki, obat2 analgetik sentral banyak sekali macamnya,mungkin saya tidak bisa menjelaskan satu persatu dari semua obat analgetik sentral. namun untuk mekanisme kerja obat analgetik sentral secara umum sudah dijelaskan diuraian diatas. untuk contoh obatnya, disini saya memilih morfin yg memiliki mekanisme kerja sebagai berikut :Berikatan dengan reseptor di sistem saraf pusat, mempengaruhi persepsi dan respon thd nyeri
      Sebuah analgesik kuat; berbagi aksi agonists opiat
      Agonis opiat mengubah persepsi dan respons emosional untuk nyeri.
      Mekanisme Precise aksi belum sepenuhnya dijelaskan; agonis opiat beraksi di beberapa tempat SSP, yang melibatkan beberapa sistem neurotransmitter untuk menghasilkan efek analgesia.
      Persepsi Nyeri diubah di sumsum tulang belakang dan tingkat SSP yang lebih tinggi (misalnya, substantia gelatinosa, inti trigeminal tulang belakang, periaqueductal abu-abu, abu-abu periventrikular, inti raphe medula, hipotalamus).
      Agonis opiat tidak mengubah ambang atau respon dari ujung saraf aferen terhadap rangsangan berbahaya, atau konduksi impuls saraf perifer.
      Agonis opiat bertindak pada tempat ikatan spesifik reseptor dalam SSP dan jaringan lain; reseptor opiat terkonsentrasi di sistem limbik, thalamus, striatum, hipotalamus, otak tengah, dan sumsum tulang belakang.
      Aktivitas Agonist di ÎĽ- opiat atau Îş-reseptor dapat menyebabkan analgesia, miosis, dan / atau penurunan temperature tubuh
      Aktivitas Agonist di ÎĽ-reseptor juga dapat menyebabkan penekanan penghentian opiat (dan aktivitas antagonis dapat mengakibatkan pengendapan penarikan).
      Depresi pernapasan dapat dimediasi oleh μ-reseptor, mungkin μ2-reseptor (yang mungkin berbeda dari μ1-reseptor yang terlibat dalam analgesia); κ- dan δ-reseptor juga dapat terlibat dalam depresi pernapasan.

      Hapus
  4. Kak, dextromethorphan iu kan tergolong analgetik non narkotik antitusif, beberapa artikel menyebutkan bahwa dextro dapat menyebabkan toksisitas dengan efek anastesi umum seperti ketamin, itu penyebabnya apa y kak?? Makasih kk

    BalasHapus
  5. Bagaimana dan berikan modifikasi struktur dalam meningkatkan efektivitas obat asetosal?

    BalasHapus
  6. yes, apakah tidak apa-apa kalau kita mengkonsumsi obat analgetik dalam jangka panjang ? apakah obat analgetik dapat menyebabkan hilangnya ingatan pada seseorang?

    BalasHapus
  7. kita tau banyak sekali jenis obat penghilang rasa nyeri yang beredar di masyarakat. Menurut kamu, adakah pengaruhnya bagi tubuh mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri yang berbeda-beda tersebut?
    Terimakasih.

    BalasHapus
  8. saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 2. menurut artikel yang saya baca 2. Selective serotonin receptor (5-HT1) agonists (triptans)Triptans digunakan sebagai obat untuk sakit kepala migrain parah. Obat ini merupakan agonis serotonin selektif , khususnya yang bekerja pada 5-hydroxytryptamine 1B/1D/1F ( 5-HT1B/1D/1F ) reseptor pada pembuluh darah intrakranial dan ujung saraf sensorik .Sumatriptan ( Imitrex , SUMAVEL DosePro , Alsuma )Sumatriptan memiliki banyak pilihan untuk pengiriman obat . Ini tersedia dalam intranasal , subkutan , dan formulasi oral.

    BalasHapus
  9. Baiklah yesy saya akan membantu menjawab soal no 8 menurut saya pada saat sel mengalami kerusakan maka akan dilepaskan beberapa mediator kimia, diantara mediator inflamasi, prostaglandin adalah mediator dengan peran terpenting. Enzim yang dilepaskan saat ada rangsang mekanik maupun kimia adalah prostaglandin endoperoksida sintase (pghs) atau siklo oksigenase (Cox) yang memiliki dua sisi katalitik sisi yang utama adalah sisi aktif siklo oksigenase yang akan mengubah asam arahkhidonat yang menjadi endoperoksid PGG2 sisi yang lainnya adalah sisi aktif peroksidase yang akan mengubah PPG2 menjadi endoperoksid lain yaitu PGH2 selanjutnya akan diprosesembentuk PGs, prostasiklin dan tromboksan A2,yang ketiganya merupakan mediator utama proses inflamasi COX terdiri atas dua isoform yaitu cox-1 dan cox-2.golongan obat ini menghambat enzim siklo oksigenase (Cox) sehingga konversi asam arahkhidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat dengan cara berbeda khusus parasetamol hambatan biosintesis prostaglandin hanya terjadi bila lingkungannya rendah kadar peroksida seperti di hipotalamus. Lokasi inflamasi biasanya mengandung banyak peroksida yang dihasilkan oleh leukosit. Ini menjelaskan mengapa efek anti inflamasi parasetamol praktis tidak. Inhibisi biosintesis prostaglandin oleh aspirin menyebabkan asetilasi yang irrefersibble di sisi aktif siklo oksigenase,sedangkan sisi aktif peroksida tidak terpengaruh berlawanan dengan aksi aspirin yang irreversibble,NSAID lainnya seperti ibuproven atau indometasin menyebabkan penghambatan terhadap COX baik reversibble maupun irreversibble melalui kompetisi dengan substrat yaitu asam arahkhidonat, semoga dapat membantu.terimakasih

    BalasHapus
  10. Baiklah yesy saya akan membantu menjawab soal no 8 menurut saya pada saat sel mengalami kerusakan maka akan dilepaskan beberapa mediator kimia, diantara mediator inflamasi, prostaglandin adalah mediator dengan peran terpenting. Enzim yang dilepaskan saat ada rangsang mekanik maupun kimia adalah prostaglandin endoperoksida sintase (pghs) atau siklo oksigenase (Cox) yang memiliki dua sisi katalitik sisi yang utama adalah sisi aktif siklo oksigenase yang akan mengubah asam arahkhidonat yang menjadi endoperoksid PGG2 sisi yang lainnya adalah sisi aktif peroksidase yang akan mengubah PPG2 menjadi endoperoksid lain yaitu PGH2 selanjutnya akan diprosesembentuk PGs, prostasiklin dan tromboksan A2,yang ketiganya merupakan mediator utama proses inflamasi COX terdiri atas dua isoform yaitu cox-1 dan cox-2.golongan obat ini menghambat enzim siklo oksigenase (Cox) sehingga konversi asam arahkhidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat dengan cara berbeda khusus parasetamol hambatan biosintesis prostaglandin hanya terjadi bila lingkungannya rendah kadar peroksida seperti di hipotalamus. Lokasi inflamasi biasanya mengandung banyak peroksida yang dihasilkan oleh leukosit. Ini menjelaskan mengapa efek anti inflamasi parasetamol praktis tidak. Inhibisi biosintesis prostaglandin oleh aspirin menyebabkan asetilasi yang irrefersibble di sisi aktif siklo oksigenase,sedangkan sisi aktif peroksida tidak terpengaruh berlawanan dengan aksi aspirin yang irreversibble,NSAID lainnya seperti ibuproven atau indometasin menyebabkan penghambatan terhadap COX baik reversibble maupun irreversibble melalui kompetisi dengan substrat yaitu asam arahkhidonat, semoga dapat membantu.terimakasih

    BalasHapus
  11. haii ka yessy saya akan membantu menjawab pertanyaan no 7
    Analgetika yang biasa digunakan : Nyeri ringan: aspirin, asetaminofen, propoksifen. Nyeri berat: prometazin, oksikodon, butalbital

    Sediaan hormonal: progestin, pil kontrasepsi (estrogen rendah dan progesteron tinggi). Beberapa dokter meresepkan pil KB untuk meredakan dismenore, tetapi hal itu tidak dianggap sebagai penggunaan yang tepat. Namun, hal itu dapat menjadi pengobatan yang sesuai bagi wanita yang ingin menggunakan alat KB berupa pil. Pil KB atau pemberian progesteron saja (nortestosteron, medroksi progesteron asetat, didrogesteron) dari hari 5-25 siklus haid 5-10 mg/hari. Pengobatan berlangsung berbulan-bulan. Setelah keluhan nyeri berkurang, progesteron cukup diberikan pada hari ke-16 sampai ke-25 siklus haid.

    Antiprostaglandin Saat ini antiprostaglandin banyak digunakan untuk terapi dismenorea. Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) yang menghambat produksi dan kerja prostaglandin seperti aspirin, ibuprofen yang dijual bebas atau naproxen sodium adalah obat yang cukup kuat untuk mengatasi DP. Untuk kram yang berat, pemberian NSAID seperti naproksen atau piroksikan dapat membantu. NSAIDs tidak boleh diberikan pada wanita hamil, orang dengan gangguan saluran pencernaan, asma, dan alergi terhadap jenis obat ini. Sebaiknya obat diberikan pada awal timbulnya nyeri. Antiprostaglandin bekerja dengan memblok sintesa dan metabolisme prostaglandin.
    Jenis obat: Dosis: Frekuensi: aspirin 650 mg 4-6 kali/hari indometasin 25 mg 3-4 kali/hari fenilbutazon 100 mg 4 kali/hari ibuprofen 400-600 mg 3 kali/hari naproksen 250 mg 2 kali/hari asam mefenamat 250 mg 4 kali/hari asam meklofenamat 50-100 mg 3 kali/hari pemberian dilakukan 24-72 jam prahaid,semoga bermanfaat

    BalasHapus
  12. Hai kak yesy, saya akan memcoba menjawab pertanyaan no 6,mekanisme keeja obat gosok sebagai analgetik adalah metil salisilat yang lebih mudah di absorbs lewat kulit, kemudian terdistribusi melalui saluran sistemik dan berefek untuk meringankan pegal linu, kram, dsb. metil salisilat bisa meningkatkan mobilitas atau daya gerak sendi. Rasa sakit atau nyeri pada otot, sendi dan tendon akan teralihkan oleh rasa dingin metil salisilat pada awal dioleskan, namun setelah itu kulit akan terasa hangat.

    BalasHapus
  13. Hay kak saya akan membantu menjawab no 5

    umumnya, golongan analgetika yang menyebabkan ketergantungan adalah obat-obat golongan opioid. Dimana Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan tingkat kerja yang terletak di Sistem Saraf Pusat. Umumnya mengurangi kesadaran (sifat meredakan dan menidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Dapat mengakibatkan toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta ketergantungan psikis dan fisik (ketagihan adiksi) dengan gejala-gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan. Karena bahaya adiksi ini, maka kebanyakan analgetika sentral seperti narkotika dimasukkan dalam Undang-Undang Narkotika dan penggunaannya diawasi dengan ketat oleh Dirjen POM.
    Cara mengatasinya adalah dengan tidak sembarangan mengonsumsi analgetika narkotik dan konsultasikan ke dokter untuk mengetahui jenis analgetik yang sesuai dengan kondisi pasien, karena analgetik narkotik tidak di konsumsi oleh pasien dengan nyeri ringan sampai sedang.

    BalasHapus
  14. hai yesy, saya akan coba menjawab untuk obat-obat yang tidak boleh dikonsumsi bersama analgesik, yaitu:
    .bila digunakan bersama dengan klorpromazine dapat menimbulkan hipotermia yang berat.
    2. penggunaan diklofenak bersama aspirin akan menurunkan konsentrasi plasma dan AU diklofenak.
    selain itu, diklofenak dapat meningkatkan konsentrasi plasma digoksin,metotreksat, siklosporin dan litium sehingga meningkatkan toksisitasnya serta diklofenak juga dapat menurunkan aktiitas obaat-obat diuretik.

    BalasHapus
  15. hai yesy, baiklah saya akan membantu menjawab mengenai apakah penggunaan analgetik non narkotik jangka panjang aman bagi ginjal? Jika tidak, bagaimana efeknya? Jawabannya adalah iya. Penggunaan analgetika yang tidak selektif terhadap Cox 1 akn menyebabkan kerusakan pada ginjal. Hal ini dikarenakan obat analgetika menghambat Cox 1 dan 2, dimana Cox-2 ternyata juga mempunyai peran dalam proses fisiologis, yang ada di ginjal (memperlancar aliran darah ke ginjal), mukosa lambung, uterus, endothelium vaskuler, system saraf pusat, otot dan prostat. Cox-2 merupakan asam amino yaitu asam amino valin. Sehingga Menghambat fungsi fisiologis dari prostaglandin akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan pada ginjal karena aliran darah ke ginjal terganggu.
    semoga dapat membantu. terimakasih

    BalasHapus
  16. hai yesy, baiklah saya disini akan membantu menjawab pertanyaan tentang apakah parasetamol aman digunakan untuk jangka panjang mengingat obat ini bekerja tidak selektif pada enzim cox2. Menurut saya tenntu saja tidak, karena COX ini ada dua jenis, yaitu COX-1 dan COX-2. COX-1 ini selalu ada dalam tubuh kita secara normal, untuk membentuk prostaglandin yang dibutuhkan untuk proses-proses normal tubuh, antara lain memberikan efek perlindungan terhadap mukosa lambung. Sedangkan COX-2, adalah enzim yang terbentuk hanya pada saat terjadi peradangan/cedera, yang menghasilkan prostaglandin yang menjadi mediator nyeri/radang. Jadi, sebenarnya yang perlu dihambat hanyalah COX-2 saja yang berperan dalam peradangan, sedangkan COX-1 mestinya tetap dipertahankan. Tapi masalahnya, obat-obat AINS ini bekerja secara tidak selektif. Ia bisa menghambat COX-1 dan COX-2 sekaligus. Jadi ia bisa menghambat pembentukan prostaglandin pada peradangan, tetapi juga menghambat prostaglandin yang dibutuhkan untuk melindungi mukosa lambung. Akibatnya? Lambung menjadi terganggu. Apabila keadaan ini berlangsung terus menerus akibatnya terjadi luka pada lambung dan bisa menjadi tukak lambung.
    Semoga dapat membantu. Terimakasih

    BalasHapus
  17. Menurut saya cara pemilihan obat untuk pasien penderita hepatitis yaitu dilihat dari kondisi pasien, karena dia mempunyai riwayat hepatitis sebaiknya di konsultasikan kepada dokter ataupun apoteker mengenai jenis analgetik yang tidak memperberat kerja hati

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya saya setuju, bagi pasien yang memiliki penyakit hepatitis sebaiknya di konsultasikan kepada dokter maupun apoteker, agar diberikan obat analgetik yang tidak membuat hati rusak

      Hapus
    2. Iya khususnya untuk yg memiliki gugus OH, karena alkohol sifatnya hepatotoksik

      Hapus
  18. saya akan menjawab pertanyaan no 2
    Selective serotonin receptor (5-HT1) agonists (triptans)Triptans digunakan sebagai obat untuk sakit kepala migrain parah. Obat ini merupakan agonis serotonin selektif , khususnya yang bekerja pada 5-hydroxytryptamine 1B/1D/1F ( 5-HT1B/1D/1F ) reseptor pada pembuluh darah intrakranial dan ujung saraf sensorik .Sumatriptan ( Imitrex , SUMAVEL DosePro , Alsuma )Sumatriptan memiliki banyak pilihan untuk pengiriman obat . Ini tersedia dalam intranasal , subkutan , dan formulasi oral.

    BalasHapus
  19. mekanisme obat gosok sebagai analgetik,elalui kemampuannya menghasilkan energi termal yang mengenai serabut saraf nyeri pada kulit. sehingga rasa nyeri dapat berkurang

    BalasHapus
  20. nmr 7
    analgetika yang biasa digunakan : Nyeri ringan: aspirin, asetaminofen, propoksifen. Nyeri berat: prometazin, oksikodon, butalbital

    BalasHapus
  21. mengenai obat analgetik dalam mengurangi nyeri menstruasi atau dismenore

    "Dismenore merupakan kram menstruasi berdenyut atau kram nyeri di perut bagian bawah. Kondisi ini terjadi secara normal, karena selama menstruasi rahim berkontraksi untuk membantu meluruhkan lapisan yang akan keluar sebagai darah haid.

    Zat yang menyerupai hormon (prostaglandin) terlibat dalam rasa sakit dan peradangan yang memicu kontraksi otot rahim. Tingginya tingkat prostaglandin berhubungan dengan kram menstruasi yang lebih berat.
    Asam mefenamat merupakan kelompok anti inflamasi non steroid, bekerja dengan menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim siklooksigenase, sehingga mempunyai efek analgesik, anti inflamasi dan antipiretik. Cara Kerja Asam mefenamat adalah seperti OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid atau NSAID) lain yaitu menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX-1 & COX-2)"

    BalasHapus
  22. Interaksi obat analgetik dgn ACE inhibotor: menurunkan efek antihipertensi

    Antasida: menurunkan konsentrasi salisilat

    Kortikosteroid: meningkatkan risiko ulkus dari GI dan meningkatkan ekskresi salisilat

    Diltiazem: meningkatkan efek antiplatelet

    Anikoagulan: meningkatkan risiko perdarahan
    Aminoglikosida:↓bersihan &↑kadar aminoglikosida & potensi toksisitas

    Antikoagulan : hipoprotrombinemia, ↓agregasi platelet dgn↑resiko perdarahan lambung

    Anti HT: inhibisi efek anti HT

    Corticosteroid: ↑ulserasi gaster

    Siklosporin:↑resiko nefrotoksik

    Lithium:↓bersihan litium

    MTX:↓sekresi MTX dr renalĂ ↑kadar MTX

    PPA: Rx hipertensif

    K-sparing diuretic: ↑potensi hiperkalemi

    Triamteren: ARF + indometasin (hati-hati dgn NSAID ) lain



    BalasHapus
  23. no 9
    parasetamol adalah obat analgetik non-narkotik. obat tersebut tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan obat-obat berikut:
    Metoclopramide : meningkatkan efek analgetic paracetamol.
    Carbamazepine, fenobarbital dan fenitoin : meningkatkan potensi kerusakan hati.
    Kolestiramin dan lixisenatide : mengurangi efek farmakologis paracetamol.
    Antikoagulan warfarin : paracetamol meningkatkan efek koagulansi obat ini sehingga meningkatkan potensi resiko terjadinya perdarahan.

    BalasHapus
  24. Saya ingin menanggapi prtanyaan bgaimana mmilih obat analgetik pd pasien hepatitis? Pasien dg riwayat pnyakit hati dan ginjal mmg agak sulit mngkonsumsi obat2an ya yes krn utk obat oral dimetabolisme dihati. Namun utk obat analgetik bsa gunakan gol salisilamid yaitu turunan as.salisilat dmana esnya lebih rendah dan tdk mbyebabkan kerusakan lambung...

    BalasHapus
  25. Saya ingin menanggapi prtanyaan bgaimana mmilih obat analgetik pd pasien hepatitis? Pasien dg riwayat pnyakit hati dan ginjal mmg agak sulit mngkonsumsi obat2an ya yes krn utk obat oral dimetabolisme dihati. Namun utk obat analgetik bsa gunakan gol salisilamid yaitu turunan as.salisilat dmana esnya lebih rendah dan tdk mbyebabkan kerusakan lambung...

    BalasHapus
  26. Saya akan menjawab pertanyaan no. 1. Obat parasetamol tidak aman digunakan pada jangka waktu yang lama karena dapat menyebabkan kerusakan pada organ hati.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Obat parasetamol dimetabolisme dihati, sehingga jika dgunakan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan penumpukan zat dan akhirnya dapat menyebabkan kerusakan pada hati.

      Hapus
  27. menurut saya bagi pasien yang memiliki penyakit hepatitis sebaiknya di konsultasikan kepada dokter maupun apoteker, agar diberikan obat analgetik yang tidak membuat hati rusak.

    BalasHapus
  28. 1. Ya karena efeknya tersebut yang tidak selektif pada cox2 maka ia akan bekerja menghambat enzim cox 1 dan cox 2 sehingga efek samping yang ditimbulkan lebih banyak. Maka disimpulkan bahwa penggunaan pct dalam jangka panjang tidak direkomendasikan, apalagi efek sampingnya dapat menyebabkan hepatotoksik

    BalasHapus